Monday, July 13, 2009

Tugas Hidup

Tugas Hidup
(Vincent Wiryakusuma)

Thursday, June 11, 2009 at 1:31pm

Setiap manusia pasti memiliki Tugas Hidup (TH) dalam setiap kehidupannya di bumi ini.
TH yang harus diselesaikan oleh seseorang dan orang lainnya belum tentu sama, namun tidak menutup kemungkinan bahwa beberapa orang memilki TH yang sama.
Pertanyaannya adalah: Bagiamana kita bisa mengetahui TH yang harus kita selesaikan?.
Cara yang termudah adalah dengan mengamati kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan hobby seseorang pada masa kecilnya, masa remajanya dan dalam usia dewasanya. Bisa saja kebiasaan yang berupa hobby masa kecil, remaja dan dewasanya tidak selalu sama; ini sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, baik berupa pengaruh anggota keluarga dalam rumah tangganya, pengaruh pendidikan dan lingkungan pendidikannya serta lingkungan teman-temannya.
TH sangatlah penting, karena ini menyangkut peran kita sebagai manusia untuk mengisi kehdiupan di bumi secara berkesinambungan. Bahwa pada kenyataannya tidak banyak manusia yang menyadari akan TH ini adalah wajar, karena belum banyak manusia yang mencapai kesadarannya serta memahami peran sesungguhnya dari dirinya sendiiri.
Shakespeare mengatakan: "Dunia ini adalah panggung sandiwara", beliau sungguh tepat menggambarkannya: kalau ada panggungnya, berarti ada pemerannya, penulis skrip, pengarah, dan sutradaranya.

Bagaimana jika seseorang itu gagal menyelesaikan TH nya?.
Jika kita masih sekolah SD, maka ketika kita tidak berhasil lulus Ujian, maka kita sudah pasti tidak naik kelas dan harus mengulangi lagi masa studi kita di tingkatan kelas yang sama; namun secara peraturan pendidikan, biasanya kita hanya diberikan kesempatan sekali lagi untuk mengulanginya.
Sedangkan dalam kehidupan ini, manusia diberikan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan TH nya, apabila gagal, maka ia akan disuruh mengulang kembali (inilah yang disebut sebagai kehidupan berulang-ulang) pada kehidupan berikutnya sampai ia benar-benar berhasil menyelesaikan TH nya.
Bumi ini ibaratnya sarana Universitas raksasa, dimana segala bentuk pelajaran hidup tersedia sangat lengkap. Ini juga yang menjelaskan mengapa jumlah penduduk di dunia ini bertambah banyaki, karena banyak sekali mereka-mereka yang gagal menyelesaikan TH nya dan akhirnya terus saja balik kembali (bisa diibaratkan mahasiswa abadi) dan mengulanginya mulai dari nol, yaitu dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, tua dan meninggal. Sementara itu pada saat yang bersamaan, banyak juga Roh-roh lainnya yang telah dianggap siap untuk turun ke bumi menjadi manusia untuk mengalami semua pelajaran-pelejaran teori yang telah diperolehnya saat mereka berada di dunia Roh (bisa diibaratkan Roh-roh ini telah lulus SMA disononya). Dengan sendirinya dunia menjadi penuh dengan manusia karena membaurnya Roh-roh yang gagal menyelesaikan TH nya dan Roh-roh yang relatif masih baru yang masih harus belajar mengalami banyak hal di dunia ini.

Setelah kita mengetahui kejadian yang sedang berlangsung di bumi ini, logikanya adalah kita bertanya kepada diri kita sendiri:
Sudahkah saya mengenali Tugas Hidup (TH) saya?.
Seseorang yang telah mengenali TH nya, biasanya akan bersikap sangat ceria, tenang, penuh percaya diri, jarang mengeluh dan penuh rasa syukur dalam setiap langkahnya.
Sebuah cara yang mudah untuk mengenali TH kita adalah:
Perbuatan apa saja yang membuat kita merasa bahagia & damai di hati kita ketika kita melakukannya?.
Tapi harus diingat bahwa uang atau materi lainnya bukan sebagai patokannya. Banyak orang-orang yang begitu bahagia menjalani kehidupannya meskipun secara materi tidaklah cukup. Kebahagiaan itu hanya bisa dirasakan oleh yang bersangkutan sendiri, sementara itu orang lain yang berada di dekatnya hanya bisa melihat keceriaannya, ketulusannya serta kesungguhannya dalam tindakan si orang tersebut. Kita harus sanggup dan kritis untuk membedakan rasa 'senang' dan rasa 'bahagia'.
Contohnya: ketika kita menjamu teman-teman kita dan mengeluarkan sejumlah uang, maka kemungkinan besar yang ada dalam diri kita adalah rasa senang karena kita telah menikmati jamuan bersama-sama dan kita mungkin saja tidak akan mempersoalkan biaya yang telah kita keluarkan untuk hal ini. Namun seandainya suatu saat kita telah tidak memiliki cukup uang dan sudah jarang menjamu teman-teman kita, apakah kita masih ada rasa senang? atau ada kemungkinan teman-teman kita sudah mulai jarang bertemu dengan kita. Masihkan kita merasa senang?. Sementara itu rasa bahagia hanya bisa ditimbulkan dari dalam diri kita sendiri dan oleh kita sendiri. Seseorang bisa dikatakan bahagia apabila ia sudah bisa melihat dan menerima kenyataan hidup, sehingga apapun yang terjadi di luar dirinya tidak akan berpengaruh signifikan kepadanya.
Ada sebuah contoh nyata: seorang pengusaha sukses dan cukup kaya tiba-tiba meninggalkan kegiatan usahanya dan beralih menjadi tukang sapu membersihkan beberapa tempat-tempat umum. Ketika orang-orang bertanya kepadanya apakah ia tidak merasa malu atau mempunyai beban, dia menjawab ringan: 'Saya bahagia melakukan pekerjaan saya yang sekarang ini.' Bagi kebanyakan orang-orang lain yang belum mencapai kesadaran, hal ini dianggap aneh dan tidak masuk akal; namun bagi yang menjalaninya ternyata merasa bahagia dan asyik-asyik saja. Uniknya lagi, urusan usahanya yang diserahkan ke istrinya juga tambah berkembang maju, anak-anaknya pun tuntas sekolahnya. Padahal bagi anggota keluarganya, sungguh tidak mudah menerima keputusan suami/ayah mereka pada awalnya, namun seiring berjalannya waktu, mereka akhirnya juga menyadarinya bahwa suami/ayah mereka berbahagia, dan sudah sepantasnya memberikan kesempatan bagi yang bersangkutan untuk menjalani TH nya.
Sebenarnya apa sih yang terjadi?.
Ketika seseorang telah mengenali TH nya, dan dengan ketulusan serta kesungguhan menjalaninya, maka ia akan melaksanakannya sepenuh hati, pikirannya pun dicurahkan kepada pekerjaannya yang dia lakukan; inilah suatu tanda bahwa jiwanyalah yang sedang berkarya melalui raganya. Kesatuan bathin, semangat dan pikirannya bersama-sama menjadikan pekerjaannya menjadi indah dan bermakna yang bisa dilihat dari hasil karyanya yang jauh lebih sempurna. Perhatikan pula para seniman atau artis yang karyanya menjadi kekaguman bagi begitu banyak orang, bukankah karyanya itu seolah-olah begitu hidup?.
Jadi kenalilah TH kita dan laksanakanlah itu dengan baik dan benar di kehidupan kita yang sekarang ini, karena di saat inilah kesempatan emas buat kita semua berkarya secara tepat sesuai TH kita agar kita tidak mengulanginya lagi bolak-balik.
Yang jelas kita jadi lelah, dan sangat keterlaluan, diberi Tugas tetapi tidak dikerjakan, sehingga kita disuruh mengulangi lagi melalui kehidupan berikutnya. Padahal kalau kita bekerja di kantor, sikap tidak menjalankan Tugas itu pasti beresiko dipecat serta tidak akan diampuni kesalahannya, betul nggak?.

No comments:

Post a Comment