Saturday, July 11, 2009

Menyikapi Kehidupan tanpa berkeluh kesah 2 .....Catatan Vincent Wiryaku

Menyikapi Kehidupan tanpa berkeluh kesah 2 .....Catatan Vincent Wiryaku

Ada juga bentuk keluh kesah lainnya yang tanpa kita sadari sering diucapkan:
1. "Aku sudah lelah mengurusi kamu terus, kamu tidak tahu diri, tidak ada rasa terimakasih, kemana hatimu itu?". Ada kesan seolah-olah kita berusaha menegur orang lain dengan sekaligus protes dan mengeluhkan keadaan.
2. "Aku lelah jadi single parent terus, rasanya lebih baik aku nikah lagi deh biar ada yang membantu meringankan bebanku". Mencari jalan keluar, dengan harapan setelah menikah nanti pasangan hidupnya sanggup membantu meringankan bebannya.
3. "Mas, tetangga sebelah kita sekarang sudah punya motor baru loh, kapan kita bisa punya ya?". Yang ini juga mengeluh tetapi dikemas dalam bentuk lain seolah-olah memberi semangat dan memacu harapan untuk lebih baik.
4. "Duh Gusti, saya kenapa tidak semnbuh-sembuh ya, sakitnya malahan tambah parah". Ini sering terjadi karena memang sakit yang dideritanya secara fisik terasa sekali membuatnya tidak nyaman. Kita telah terbiasa berkata "Aduh"', karena itu adalah ungkapan yang sejak kecil kita menirukannya dari orang-orang di sekitar kita.

Ada fenomena menarik saat berada dalam kesadaran: jika ujung jari kaki kita tanpa sengaja tersandung benda keras pasti terasa sakit, namun disinilah kuncinya, saat itu berlangsung, sadarilah dan janganlah berkata "Aduh", pasti rasa sakit itu tidak akan muncul. Aneh, bukan?.

Penjelasannya begini: saat salah satu bagian tubuh kita terkena benturan benda keras, maka bagian yang terkena itu akan mengirim sinyal ke otak kita memberitahu akan peristiwa itu, lalu otak akan mengirim sinyal balik ke bagian tersebut agar segera bereaksi melakukan tindakan yang diperlukan dan pada saat bersamaan pengetahuan dari memory pengalaman kita terstimulasi untuk bereaksi "Aduh" tadi. Namun dengan kesadaran penuh disaat ini-disini, kita tidak akan berkata "Aduh", melainkan membiarkan itu berlalu begitu saja, maka rasa sakitnyapun tidak timbul. Pikiranlah yang menimbulkannya.Rupanya berbagai bentuk keluh kesah itu berasal dari ketidakmampuan maupun ketidakpuasan diri kita menghadapi realitas kehhidupan, di satu sisi terkesan bermanfaat untuk memicu kita lebih giat lagi untuk berusaha, namun di sisi lainnya juga bsia dikatakan bahwa kita kurang mensyukuri realitas yang sedang terjadi dikarenakan ketidaksadaran kita maupunn ketidakmampuan kita melihat lebih jauh dari Hikmah dibalik semua kejadian itu.

Lalu bagaimana sebaiknya kita bersikap?. Kita harus menjadi sadar dan tetap hadir dalam kesadaran setiap saat bahwa, semua itu telah terjadi, dan kejadian itu juga belum tentu berlangsung selamanya. Sadarilah bahwa tidak ada yang namanya "Senang" terus-mernerus dan tidak ada namanya "Susah" terus-menerus. Semuanya ini adalah drama kehidupan yang silih berganti dihiasi dengan keadaan susah dan senang. Kita tidak pernah bisa senang tapi sekaligus susah, pilihan ada di tangan kita, apakah kita mau memilih untuk merasa senang atau memilih untuk merasa susah?. Yang jelas, ketika kita memilih merasa senang, maka kita pasti tidak punya beban, tetapi begitu kita memilih merasa susah, maka timbullah beban di dalam pikiran kita, menjadi kepikiran. Benar nggak?

No comments:

Post a Comment