Saturday, July 11, 2009

Menyikapi Kehidupan tanpa berkeluh kesah I .....Catatan Vincent Wiryakusuma

Menyikapi Kehidupan tanpa berkeluh kesah I .....Catatan Vincent Wiryakusuma

Seberapa banyak dari kita yang benar-benar sanggup untuk bersikap mensyukuri segala sesuatunya yang telah kita peroleh, alami dan kita nikmati?. Kita sering tidak sadar akan kebanyakan perkataan dan tindakan kita sendiri. Bahkan kita lebih sering menyalahkan faktor eksternal yang dianggap membuat kita berada dalam situasi dan kondisi yang sedang kita alami. Memang sangat mudah menyalahkan faktor eksternal, karena dengan demikian kita menjadi tidak perlu berpikir dan menggunakan akal kita untuk instrospeksi diri. Karena kebiasaan-kebiasaan semacam ini sering kita lakukan, maka dengan sendirinya tanpa kita sadari, kita telah menjadi orang yang tidak sadar dalam menjalani kehidupan ini.
Inilah yang sering disebutkan oleh orang-orang bijak sebagai: Kamu itu Hidup tetapi sesungguhnya Kamu itu mati.Memang di dunia ini tersedia banyak sekali pilihan untuk kita pilih dan diaplikasikan dalam kehidupan kita.
Apapun yang kita pilih akan berkonsekuensi kepada diri kita sendiri, dan seharusnya kita sendirilah yang juga mempertanggungjawabkannya.

Berikut beberapa contoh-contoh dari perbuatan kita yang masih disertai keluhan:

1. Ketika kita berkendaraan mau pergi ke suatu tempat, kitalah yang memilih jalan yang akan kita lewati, lalu saat kita berada di tengah jalan yang macet, kita protes dan emosi kesal karena kita terjebak dan bakal terlambat sampai di tujuan. Protes dan emosi kesal itu adalah bentuk berkeluh kesah.

2. Sering tanpa disadari, kita juga pernah berkata demikian: "Enak aja kamu yang menikmati ini semua, kalau tanpa adanya usahaku, mana munggkin ini bisa seperti begini?". Pernyataan ini juga merupakan keluh kesah yang dibungkus dalam ungkapan bernada arogansi karena ego kita.

3. Ada juga dengan cara lain: "Kamu itu baru sebegitu saja sudah mengeluh, padahal aku yang jauh lebih sulit saja tidak mengeluh". Aha, tidak mengeluh?; ini juga bentuk mengeluh tetapi dibungkus dengan gaya bahasa yang halus dengan melibatkan orang lain, intinya juga tetap sama saja: protes dan mengeluh.

Jadi bagaimanaa seharusnya kita itu bersikap?. Kita sering mendengar orang-orang bijak menganjurkan kita untuk bersyukur dan lebih sering mensyukuri kehidupan kita ini. Logikanya, bukankah kalau kita mengeluh itu sama saja dengan kita tidak bersyukur?. juga tidak mensyukuri apa-apa saja yang telah kita dapatkan, alami dan nikmati. Semua pasti pernah mendengar ungkapan: Manusia berusaha, Tuhanlah yang menentukan. Jadi seyogyanyalah kita harus berusaha setepat mungkin dalam kehidupan kita ini, fokuskan kepada usaha kita jangan kepada tujuannya. Mengapa begitu? kalau kita fokus kepada usaha kita disaat ini-disini, artinya kita sepenuh hati mencurahkan perhatian, pikiran, semangat, raga dan aktivitas kita disaat ini-disini, sehingga energi kita benar-benar penuh untuk ini. Sedangkan kalau kita memikirkan tujuannya atau hasilnya di saat kita sedang beraktivitas, maka energi kita terpecahkan, malahan bisa-bisa hanya fokus ke hasilnya. Akibat yang terjadi adalah hasilnya belum tentu sempurna. Ralf Schumacher si juara dunia F1 iitu sudah merasakannya dan mempraktekkannya dalam aktivitasnya. Para seniman/artis yang fokus kepada aktivitasnya bisa dilihat pada hasil karyanya yang sungguh hidup dan seolah-olah abadi. Bicara tentang abadi: sesungguhnya saat ini-disini itulah yang disebut abadi, sebab saat ini-disini merupakan saat yang menentukan semuanya, tidak ada seorang manusiapun dan seluruh hasil ciptaan ini yang bisa menghindar dari saat ini-disini. Kalau saya mengatakan saat ini pukul 10:10, yang manakah yang benar-benar pukul 10:10?. Saat ini-disini selalu telah ada, sedang ada dan akan tetap ada.bersambung .......

No comments:

Post a Comment