Sunday, January 6, 2013





ketika pertanyaan itu ada atas sebuah rasa...
dan malam yang sepi dihadirkan untuk menemani jiwa..
maka siapalah yang dapat menahan terlalu lama..
akan air mata yang telah menampung segenap kelelahan kisah..

bisikan apapun itu kini terdengar begitu bising..
telah basah dan menggenangi kenangan yg juga belum terciptakan...
isakan yang ada pun semakin ditenggelamkan pada maya..
seolah mimpi tak lagi dipercaya untuk hapuskan resahnya hari..

perjalanan ini bukannya tiada akhir..
namun juga bukan untuk segera diakhiri oleh keegoisan diri..
apa yang terulang sekian kali itu adalah wujud kesabaran kasih pada hausnya jiwamu...
dan masih saja kita seringkali menikmati permainan tanpa mau belajar memaknai dalam kejernihan...

cahaya yang seperti api dan dihujamkan dari langit..
seperti apakah kau akan memandang dan menyikapinya...
hanya diam dan menyerahkan dirimu untuk ketiadaan...
ataukah lari dan bersembunyi dibalik ilusi dunia..sekali lagi...

apalah artinya api itu jika kau menyadari bahwa dirimu adalah kelengkapannya...
meleburkan diri dan akhirnya akan menjadi bulir cahaya di langit...
untuk kemudian dilahirkan baru menjadi bening dan bersih...

ah.. sudahlah...
kita sedang berkisah dengan permainan yang disajikan jemari...
menari nari dalam irama yang mulai terdengar berisik bagi mereka yang sempit dalam ruangnya...
biarlah saja..
dan usaikanlah sudah..
kesepakatan itu telah kita meteraikan sebelum nafas ini kita miliki...

baiklah kembalikan saja pada kesederhanaan itu..
tanpa rumitnya pikiran liar yang berlarian..
dan tanpa campur tangan dunia dalam keburamannya..
hentikan saja jika kerut2 itu yang mengarahkan cahayamu..
diamlah saja.. dan berdamai dengan bising yg ada..
sampai saatnya nanti..
hati kembali hening dan mampu rasakan kehadiran kasih yg adalah setiap saatnya..

No comments:

Post a Comment